Tatoo dan tindik menjadi sesuatu yang sangat diminati akhir-akhir ini, dengan melibatkan manusia dari berbagai tingkatan usia, profesi, status sosial, latar belakang dan bahkan tattoo dan tindik telah mempenetrasi tembok-tembok yang dahulu memisahkan dan mengkotakkan umat manusia. Sejalan dengan perkembangan jaman, tattoo dan tindik tidak lagi dipandang sebagai sesuatu hal yang mengerikan dan berbahaya. Beberapa dekade yang lalu, tattoo dan tindik lebih banyak dikaitkan dengan kriminalitas, kejahatan ataupun berbagai kelompok geng yang tersebar dimana-mana.
Hari ini semua telah berubah dan perubahan itu terjadi demikian cepatnya. Tattoo dan tindik dipandang sebagai sebuah karya seni yang layak untuk dilestarikan, dijaga dan bahkan dikembangkan. Artis, pengacara, dokter, mahasiswa, pelajar, ibu rumah tangga, olahragawan dan bahkan pendeta sekalipun saat ini ramai-ramai memenuhi tubuh mereka dengan tattoo dan tindik. Berbagai alasan dikemukakan untuk membenarkan diri dan tak jarang, Alkitab pun dipakai untuk menjadi tameng dalam “menghias” badan mereka dengan “karya seni” yang sebetulnya telah mengalami pemutarbalikkan fakta.
Tattoo dan tindik kini dipandang setara dengan berbagai perhiasan yang lazim dikenakkan oleh manusia untuk mempercantik diri. Alasan untuk meningkatkan kepercaaan diri, terlihat lebih jantan dan sexy serta kelihatan berwibawa menjadi hal-hal yang dikatakan, ketika ditanya alasan untuk memiliki tattoo dan tindik.
Sebuah riset di Amerika mengatakan bahwa 15% atau setara dengan 39 juta jiwa dari total penduduk Amerika memiliki tattoo dan tindik. Hal yang luar biasa adalah ketika dinyatakan bahwa seseroang akan melakukan tattoo dan tindik pertama kali di usia mereka yang ke-16! Belum lagi fakta yang berbicara bahwa 60% yang memiliki tattoo dan tindik adalah berjenis kelamin perempuan! Lebih aneh lagi, saat ini bahkan sebuah boneka Barbie pun sudah memiliki tattoo.
Tattoo dan tindik dikemas dengan sedemikian rupa, sehingga menarik minat yang besar dari banyak orang. Keren, manis, lucu, imut, menjadi identik dengan berbagai bentuk dan macam tattoo dan tindik. Sangat mengerankan karena orang-orang kemudian seperti melupakan kengerian yang dahulu melekat pada dua hal ini.
Sayangnya, banyak lagi yang saat ini “ngantri” untuk memiliki tattoo dan tindik!
Berapa banyak diantara kita –baik orang tua atau Pembina rohani dan bahkan pendeta- jika suatu ketika anak-anak kita datang dan berkata, “Papa, Mama, Kakak, Pastor, bolehkah saya memiliki tattoo dan tindik? Itu sedang ‘ngetrend’ lho….”
Pertanyaannya adalah apakah kita sudah siap untuk memberikan jawaban kepada anak-anak kita, ketika mereka menanyakan dan meminta hal itu. Jika mau berkata secara jujur, maka kebanyakan kita masih berada dalam kebingungan yang diiringi oleh ketidakpastian dalam memberikan jawaban disertai alasan-alasan yang tepat. Hal ini wajar untuk dimengerti karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki. Namun demikian, tidak berarti bahwa kekurangan pengetahuan akan membuat kita menyerah dan kemudian membebaskan anak-anak atau bahkan diri kita sendiri, untuk terlibat dalam “karya seni” yang palsu ini.
Alkitab sendiri membahas larangan untuk mengenakkan tattoo dan tindik dengan sangat jelas. Permasalahannya adalah manusia lebih sibuk untuk mencari alibi sebagai pembenaran diri, ketimbang menuruti Firman Tuhan. Sangat disayangkan bahwa diantara mereka yang menganggap tattoo dan tindik adalah sebuah keindahan, justru adalah orang-orang yang berpengaruh di masyarakat. Hal ini semakin membuka kesempatan untuk tren ini lebih berkembang di dalam setiap lapisan kalangan. Seorang seniman tattoo di Amerika bernama Paul Booth, dalam majalah Rolling Stone berkata seperti ini, “Ketika saya sedang melakukan tattoo terhadap pelanggan saya, maka saya akan membiarkan setan untuk menuntuk tangan dan jarum-jarum yang saya gunakan.”
Pernyataan seeperti ini hendaknya menjadi peringatan untuk kita semua. Iblis sedang berusaha mati-matian untuk menipu, menyesatkan dan membawa sebanyak-banyaknya manusia untuk masuk dalam kematian yang kekal. Ia sadar bahwa waktunya tidak banyak lagi dan untuk mencapai tujuannya, iblis bersedia untuk melakukan kerja lembur tanpa henti dengan menggunakan semua jenis metode untuk membodohi manusia. Setan sedang berusaha untuk “menandai” sebanyak mungkin orang melalui tattoo dan tindik.
Jika kita berandai-andai, mungkin setan akan berkata kepada Tuhan di hari penghakiman, “Lihat, mereka itu milik saya. Mereka memiliki tanda di bagian-bagian tubuh mereka. Itu adalah tanda yang aku patrikan atas mereka. Leher, tangan, kaki, dada, punggung, kuping, lidah, pusar dan bagian tubuh yang lain. Mereka adalah milik kepunyaan saya.”
Menjadi seorang pengikut Kristus tidak sekedar menjadi pendengar dan percaya. Lebih dari itu, ketaatan dalam melakukan semua Firman Tuhan menduduki ranking teratas dalam pengiringan kita kepada Tuhan Yesus. Ingatlah bahwa tubuh kita ini adalah bait Allah yang harus dijaga dan tidak boleh dirusak dengan berbagai macam hal.
Faktor lain yang menjadi polemik mengenai tattoo dan tindik adalah, ketika dua unsur ini diadu dengan nilai-nilai budaya suatu bangsa. Tidan bisa dipungkiri bahwa kita saat ini masih menjalani kehidupan di dalam dunia yang memang tidak akan terlepas dari kebudayaan. Lagi pula apa yang kita hasilkan saat ini –mulai dari gaya hidup sampai pada unsur kehidupan- semua berasal dari proses asimilasi atau perpaduan budaya-budaya yang sudah ada sejak ribuan tahun silam. Lantas bagaimana kita bereaksi terhadap hal ini? Jika saja kita mengatakab bahwa tattoo dan tindik itu salah, tidakkah kita mengkonfrontasi budaya itu sendiri? Resiko yang akan dihadapi adalah kekristenan menjadi sebuah golongan aneh dan mungkin sesat karena tidak menghargai dan mengakui budaya.
Kebenarannya adalah, kita memang hidup di dalam dunia namun kita tidak berasal dari dunia. William Suddut, seorang yang dipakai Tuhan dalam membuka kebenaran tentang tattoo dan tindik berkata, “Kekristenan dipanggil untuk membuat perbedaan di dalam dunia. Jika kita berada di dunia dan kemudian memilih untuk mengikuti apa kata kebudayaan dan apa kata dunia, hanya sekedar supaya kita tidak terlihat aneh maka itu bukan kekristenan. Dunia adalah pihak yang harus melihat kekristenan dan bukan sebaliknya, dimana kekristenan yang mencontoh apa saja dari dunia. Sama sekali tidak ada yang salah dengan kebudayaan. Kita bersyukur karena bangsa seperti Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang sangat luar biasa. Budaya seperti Indonesia mungkin tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Ini adalah hal yang sangat membanggakan.
Namun ingat bahwa ada budaya yang buruk dan ada juga budaya yang baik. Respon kita sebagai umat Kristen adalah melestarikam, menjaga, mengawal dan memperkaya semua jenis budaya yang baik. Namun di lain pihak, sebagai orang percaya kepada Yesus Kristus, kita juga dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia. Garam dan terang bagi kebudayaan kita. Tattoo dan tindik adalah budaya yang berakar kepada penyembahan berhala dan roh-roh setan. Tugas kita adalah membawa Kabar Baik untuk mereka, “demikian papar Sudduth.
Tattoo dan tindik bukanlah sebuah karya seni. Kebudayaan sendiri telah membuktikan bahwa tattoo dan tindik memiliki hubungan yang tidak terpisahkan dengan penyembahan kepada setan.
Namun demikian, kabar gembira ada pada kita. Firman Tuhan berkata bahwa ketika Yesus Kristus memerdekakan kita, maka kita menjadi orang-orang yang benar-benar merdeka. Sekali dan untuk selamanya! |
Komentar