Pemulihan Hubungan Suami Istri


 
Ini adalah kisah nyata yang di Elisa dari kecil dan mempengaruhi sampai dia memasuki pernikahan rumah tangga.
Setiap kali liburan, Elisa kecil selalu dititipkan di rumah neneknya sedangkan ayah dan ibunya pergi berjualan. Namun karena sang nenek harus bekerja di ladang, sehingga Elisa bermain di rumah tanpa pengawasan dari keluarganya. Saat itulah Elisa yang masih kecil mengalami pelecehan seksual dari seorang pria dewasa.
“Dia melakukan pelecehan terhadap saya, setiap hari selama satu minggu,” tutur Elisa.
Sepertinya pelecehan seksual itu menghantui kehidupan Elisa, dirinya bahkan mengalami kembali pelecehan seksual dari seorang teman kantornya.
Kebenciannya kepada laki-laki tidak hanya karena pelecehan seksual yang dialaminya saja, namun juga karena perlakukan kasar dari ayahnya yang ia alami sejak kecil. Bahkan sebelum pernikahannya, Elisa mengalami pertengkaran besar dengan sang ayah dan menerima pukulan bertubi-tubi.
Tanpa disadari oleh Elisa, traumanya terhadap laki-laki itu mempengaruhi kehidupannya pernikahannya. Malam pertama adalah saat-saat yang dinantikan oleh setiap pasangan, termasuk suami Elisa, Robert. Namun saat malam pertama itu tiba, Robert harus mengalami penolakan dari Elisa saat hendak melakukan hubungan intim.
“Saya ngga bisa..” demikian ucap Elisa berulang kali kepada Robert, namun Robert tetap memaksa.
“Saat itu yang saya lihat bukan dia, tapi orang-orang yang pernah menyakiti saya. Malam pertama itu, saya dan suami sama sekali tidak melakukan hubungan suami istri.”
Berkali-kali Robert membujuk Elisa untuk melakukan hubungan intim, namun penolakan yang ia terima. Robert bahkan memohon-mohon kepada Elisa, namun malah yang diterimanya adalah tendakan dan pukulan.
“Saya sempat jatuh dari ranjang gara-gara saya di dorong-dorong pakai kaki. ‘Pergi kamu..!’ Saya di usir-usir seperti itu..” demikian tutur Robert yang saat itu merasa frustrasi dengan ulah istrinya.
Kesabaran Robert ternyata sudah mencapai batas akhirnya, suatu hari ia melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terbayang akan ia lakukan.
“Saya bertindak kasar sama istri, saya seret dia, saya peluk dia, saya rangkul dia. Dia bilang, ‘Tega banget sih mas, kamu perlakuin aku kaya gini. Sampean ini cuma suka sama tubuh aku, ngga sayang sama aku. Ini nikmati tubuh aku.’ Dia nangis sejadi-jadinya, jujur kalau saya lihat air mata seperti saya tidak tahan,” ungkap Robert penuh penyesalan.
Namun perlakuan kasar Robert membuat Elisa merasa sakit hati. Karena merasa sang suami pun tidak menyayanginya, Elisa pun tergoda untuk berselingkuh dengan seorang pria yang menunjukkan perhatian kepadanya.
Kesaksian Kristen Terbaru  Elisa & Robert.
“Saya cari orang yang mengasihi saya, ya dia mengasihi saya, maka saya terima dia. Tapi saat benar-benar akan melakukan hubungan suami istri, tangan dan kaki saya langsung menendang dan memukul. Dia lepaskan dan dia katakana, ‘Ya udah, ngga apa-apa.’ Saya berhenti tidak berhubungan dengan dia lagi saat dia bilang, ‘Kita saling mencintai, kita saling menyayangi, itu anugrah dari Tuhan.’ Baru saya sadar, ‘Ya, cinta itu memang anugrah dari Tuhan. Tapi hubungan kita itu salah. Masing-masing telah memiliki pasangan, itu salah. Dan itu sangat berdosa.’”
Hingga suatu hari Robert yang sedang meniti karir di Jakarta, diajak oleh seorang teman untuk mengikuti sebuah ret-reat khusus untuk pria.
“Kesempurnaan laki-laki adalah sama dengan kesempurnaan Kristus. Disitulah saya mengalami pemulihan, saya bertobat dari segala dosa-dosa saya yang pernah saya lakukan kepada istri. Disitulah saya menemukan kalau istri itu benar-benar berharga. Saya menuliskan surat cinta buat istri saya. Disitu saya menemukan bahwa saya mencintai istri saya secara penuh.”
Sekalipun Elisa tetap tidak mau berhubungan intim dengannya, Robert tetap menunjukkan kasih sayangnya. Disitulah tumbuh rasa kasih sayang di hati Elisa kepada suaminya. Sekalipun telah menerima berbagai penolakan darinya, Robert tetap sabar kepadanya.
“Saya lalu berdoa kepada Tuhan, ‘Tuhan kalau Engkau sudah memberi saya seorang suami, meskipun awalnya saya ngga suka, tapi kenapa saya ngga bisa melayani dia. Tuhan, buat saya bisa.”
Kesabaran Robert membuahkan hasil, hubungan mereka semakin membaik. Elisa pun menerima perlakuan mesra dari Robert, walaupun tidak seutuhnya.
“Saya semakin mengasihi dia, hingga akhirnya bisa melakukan hubungan suami istri, itu karena kesabaran suami saya.”
Pemulihan hubungan antara Robert dan Elisa membawa mukjizat bagi mereka, Tuhan pun mengkaruniakan anak bagi mereka setelah bertahun-tahun menantikannya. Bahkan berkat bimbingan seorang pembina rohani, Elisa mengalami pemulihan dan dapat melepaskan pengampunan kepada ayah dan juga pria-pria yang telah melecehkannya.

Kesaksian Kristen Terbaru  Elisa & Robert yang diambil  dari Jawaban.com.
Sumber Kesaksian: Elisa & Robert
_______________________
http://www.kisahnyatakristen.com/2012/07/04/karena-tak-cinta-aku-tak-pernah-layani-suamiku/
Karena Tak Cinta, Aku Tak Pernah Layani Suamiku
By  konya
Pernikahan adalah momen yang sangat spesial. Robert, sang mempelai pria tampak sangat bahagia, tetapi tidak dengan mempelai sang wanitanya. Apa yang sesungguhnya terjadi?
10 hari sebelum pernikahan, Elisa Sri Indahsari sebenarnya sudah menolak untuk dinikahkan oleh kedua orangtuanya. Adapun alasan ia melakukan itu karena ia tidak mencintai Robert Sunarto Putro, sang calon suami yang merupakan pilihan dari ayah dan ibunya. Namun ternyata tindakannya tersebut justru berbuah amarah dari sang ayah.
Dengan alasan tidak menghargai usaha keras yang telah dilakukan selama ini, Elisa mendapatkan perlakuan kasar dari sang ayah. Tamparan, jambakan, dan guyuran air harus ia terima setelah ia terus melawan apa yang diucapkan sang ayah.
Terus menerus dihajar, Elisa yang memang sudah lama menaruh sakit hati kepada orang yang menjadi suami dari ibunya tersebut tetap menunjukkan sikap kerasnya. Beruntung, ketika sang ayah akan semakin membabi buta, ia mendapat pertolongan dari tetangga di samping rumahnya. Nyawa Elisa pun hari itu selamat.
Singkat kisah, Elisa mau juga untuk mengikuti apa yang menjadi kemauan dari orangtuanya, yakni menikah dengan Robert. Akan tetapi, seperti halnya rumah tangga-rumah tangga yang tidak didasari cinta, keluarga baru pasangan muda ini pun kerap dipenuhi dengan konflik. Apalagi sejak diketahui malam pertama menikah Elisa tidak mau diajak berhubungan badan, masalah kian silih berganti menerpa mereka.
Robert yang merasa layak untuk menerima “pelayanan” dari Ester mencari berbagai cara agar istrinya mau untuk melakukan hubungan suami istri. Hanya saja, usaha-usahanya itu tetap tidaklah membuahkan hasil positif. Sebaliknya, Ester yang merasakan tidak dimengerti dan dicintai justru menyambut perhatian dari pria lain.
“Dia bilang bahwa dia simpati sama saya, dia suka sama saya. Saya merasa ‘o, ada yang merhatikan saya, ada yang sayang sama saya’. Saya cari orang yang mengasihi, dia mengasihi saya, ya saya terima dia. Tetapi, saat benar-benar akan melakukan hubungan suami istri, tanpa sengaja tangan dan kaki saya langsung menendang dan memukul,”
“Dia pun melepaskan saya dan bilang, ‘ya, tidak apa-apa, disini kamu lagi belajar’. Saya mulai berhentinya dan tidak lagi berhubungan dengan dia saat dia bilang ‘kita saling mencintai, saling mengasihi, itu anugerah dari Tuhan’, nah baru saya sadar, ‘iya memang cinta itu anugerah dari Tuhan, tetapi kita punya hubungan itu salah. Masing-masing sudah mempunyai pasangan, dan itu salah dan itu sangat berdosa, hubungan kita pokoknya sampai disini saja,” ungkap Elisa.
Pada saat Elisa sedang menjalin hubungan gelap dengan pria lain, di waktu itu juga Robert sedang meniti karir di Jakarta. Di kota itu, ia juga mengikuti kegiatan pembinaan rohani.
“Kesempurnaan seorang laki-laki adalah sama dengan kesempurnaan Kristus. Disitulah saya mengalami pemulihan. Saya bertobat dari dosa-dosa saya yang pernah saya lakukan terhadap istri. Dari situlah saya menemukan bagaimana kalau istri itu benar-benar berharga. Saya menuliskan surat cinta buat istri saya. Dari situ saya menemukan saya benar-benar mencintai istri saya secara penuh,” ujar Robert.
“Terus sampai enam bulan suami saya pindah ke Tangerang, saya nyusul. Dan di Tangerang pun, kami tidak melakukan hubungan suami istri. Saya sangat salut, saya ngga bisa, dia menyadari dan dia mau membantu. Jadi, pelan-pelan, meskipun ngga pun, ia menerima,” aku Elisa.
Cinta dan penerimaan Robert membuat perubahan di hati Elisa. “Saya selalu minta sama Tuhan, ‘Tuhan, kalau memang Tuhan sudah kasih seorang suami, meskipun awalnya saya tidak suka, kalau pun ini memang jodohmu kenapa saya tidak bisa melayani dia. Tuhan, buat saya bisa,” kata Elisa sambil mengurai air mata.
Kesabaran Robert membuahkan hasil. Hubungan mereka semakin membaik. Elisa pun menerima perlakuan mesra dari Robert, meski belum seutuhnya, “Saya semakin mengasihi dia, akhirnya bisa melakukan hubungan suami istri karena kesabaran suami saya.”
Sembilan bulan kemudian, mukjizat terjadi. Elisa dan Robert dikarunai seorang anak.
Suatu hari, Elisa memberanikan diri untuk menceritakan rahasia yang selama ini ia simpan kepada pembimbingnya. “Ibu gembala telepon, nyuruh saya datang ke ibadah. Sesampainya disana, saya ikuti setiap acara demi acara di ibadah itu. Saat firman Tuhan dibagikan saya diingatkan tentang hati Bapa – kalau kita mungkin kecewa dengan bapak di dunia, tetapi Bapa di surga itu jauh lebih luar biasa, Dia memperhatikan kita, tahu kebutuhan kita”
“Disitu saya sadar, ’sudahlah lepaskan sakit hati dan kepahitan kepada orang tua’. Saya pun maju dan terus saya didoakan. Pas didoakan itulah, saya melepaskan kemarahan saya, sakit hati saya, saya mengampuni bapak saya. Sepanjang ibadah itu, yang ada saya nangis dan bersyukur bahwa selama ini ternyata ada pribadi yang mengasihi saya.”
Mengira bahwa Tuhan sudah selesai bagi kehidupannya hari itu, diluar dugaan pada saat sesi kedua di ibadah yang ia ikuti, Tuhan kembali melawatnya. Disitu, ia melepaskan pengampunan kepada orang-orang yang telah menyakitinya selama ini, khususnya pria-pria yang pernah melakukan pelecehan seksual kepada dirinya, termasuk suaminya.
Sepulang dari ibadah tersebut, Elisa membuat pengakuan kepada Robert. Dengan bercucur air mata, ia mengatakan bahwa ia pernah berselingkuh dengan pria lain dan ia pasrah jika ia ditinggalkan ataupun diceraikan. Namun, di luar dugaan, sang suami tidak marah. Malahan, sang suami justru berkata tidak apa-apa dan mengajak doa dirinya kepada Tuhan.
“Sepanjang doa, ya saya nangis terus karena merasa ‘Ya, Tuhan kok bisa sih saya mendapatkan suami yang baik banget.”
Sejak peristiwa itu, Elisa melepaskan masa lalu buruk yang ia alami. Tuhan pun memulihkan keadaan Robert dan Elisa. Sekarang, keluarga ini menjadi keluarga yang penuh dengan kasih dan cinta Tuhan. Atas hal tersebut, Robert menyatakan rasa terima kasihnya kepada Tuhan.
“Anak dan istri, mereka berdua adalah anugerah terbesar bagi saya. Saya mengucap syukur sekali damai sejahtera Tuhan sungguh berlimpah-limpah di dalam keluarga saya.”
Sumber Kesaksian :
Elisa Sri Indahsari (jawaban.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Satu Hal yang Kurindu

Kami Perlu Kau Tuhan

Ku tak akan menyerah