Fenomena Ban Serep
Fenomena Ban Serep | |
"Adalah sangat memuakkan saat seseorang hanya hadir disaat ia minta didengar, diperhatikan dan dihargai. Sementara dia tidak pernah mendengar, memperhatikan dan menghargai kita." - K-ray Cahyadi - Bayangkan bila Anda adalah sebuah ban serep alias ban cadangan. Sebagian besar waktu Anda dihabiskan di dalam gelap dan sumpeknya sebuah bagasi. Mungkin cukup beruntung bila Anda adalah ban serep sebuah mobil jeep yang digantung dengan gagahnya di pintu belakang. Atau mungkin akan sangat menyebalkan bila Anda adalah ban serep sebuah mobil keluarga semacam Avanza atau Xenia, Anda tergantung berdebu di bagian bawah. Tidak jarang saat mobil terkena polisi tidur yang cukup tinggi, Anda akan berbenturan dengan polisi tidur tersebut. Sering kita mengeluh saat membawa barang lebih di bagasi karena volume bagasi yang berkurang akibat keberadaan ban serep. Bahkan banyak orang yang hampir tidak pernah menggunakan ban serep sama sekali, sehingga pada saat harus menggunakannya, didapati ban serep tersebut karetnya menjadi terlalu kaku, getas, mudah rusak. Memang sebuah ban serep atau cadangan hanya difungsikan di saat-saat krusial, tidak ada perawatan dan perhatian khusus kepadanya. Mungkin cukup aneh bagi Anda, bahwa harus sedemikian panjang untuk saya menjelaskan apa yang dialami ban serep. Sebenarnya bila Anda cermati di dalam kehidupan, ada banyak orang-orang yang Anda perlakukan selayaknya ban serep. Anda hanya menghubunginya di saat genting, Anda hanya datang padanya di saat kesusahan. Anda hanya butuh bantuannya, tidak perlu kondisi apa yang sebenarnya sedang ia hadapi.
Dalam bidang pekerjaan sering kita temukan di kantor, para manusia tidak tahu diri yang membebani tugas pekerjaan mereka pada orang lain. Tanpa rasa berdosa menambahkan pekerjaan pada orang lain, padahal itu bukanlah tugas dari "ban serep" tersebut. Kadang dalam tahap keterlaluan, seorang "ban serep" yang tidak mendapatkan penanganan yang segera dapat melakukan hal nekat. Berapa banyak kasus penembakan di tempat kerja terjadi di Amerika Serikat? Dalam bidang pendidikan, kita mengenal istilah bullying. Bila bullyingjelas-jelas menyalahi aturan, ada sebuah bentuk pemanfaatan halus yang terjadi di sekolah. Anak-anak "sumber contekan dan PR"-lah yang biasa menjadi "ban serep" di sini. Mereka hanya dicontek PR dan test-nya. Sementara tidak dianggap dalam pergaulan, malahan disebut kutu buku, orang aneh dan autis yang hanya main video game (padahal memang karena tidak ada seorangpun yang mau bergaul dengan mereka). Biasa di usia ini tindakan paling nekat adalah bunuh diri (seperti yang terjadi di Jepang) atau kasus penembakan (Amerika). Atau bagaimana rasanya saat orangtua merasa dijadikan ban serep? Hanya dihubungi pada saat seorang anak membutuhkan kiriman uang, butuh nasehat, butuh didengar. Sementara pada saat senang, bahagia, tidak sekalipun diingat, diperhatikan? Bahkan dalam beberapa kasus, orangtua justru ditugaskan mengurus cucu karena dirinya begitu sibuk asyik dengan pekerjaan dan kegiatan? Orangtua Anda BUKAN ban serep! Rasanya begitu pahit seorang anak yang dibesarkan dengan penuh kasih hanya meminta dan tidak pernah memberikan perhatian. Terlebih lagi justru semakin merepotkan ketika sudah berumahtangga dengan menugaskan orangtua mengurus cucunya.
Semua hal yang dialami hasilnya begitu banyak trauma dan sindrom yang sulit diobati. Setiap pengobatan perlu berjam-jam terapi dan rekonsiliasi. Luar biasa bukan? Sebuah kata sepele bernama "egois" bisa melahirkan begitu banyak masalah yang kompleks. Cobalah refleksikan berapa banyak ban serep sudah Anda sakiti karena keegoisan anda? Selalu meminta waktu untuk didengarkan, selalu meminta pertolongan, selalu ingin diperhatikan, selalu ingin dinomorsatukan. Apakah yang Anda sudah lakukan untuk para ban serep ini? Sadar dirilah bahwa Anda adalah seorang yang egois, suatu hari Anda akan diperlakukan rekan kerja, sahabat, kekasih, bahkan oleh anak Anda sebagaimana Anda sudah berbuat demikian. Siapa menabur, dia menuai. Sebagai penutup, sebuah saran, nasehat bagi para ban serep di luar sana adalah: Adalah lebih baik menikmati hidup Anda tanpa memusingkan otak Anda dengan memikirkan masalah orang-orang yang tidak tahu diri. Tidak baik mempersulit diri kita dengan masalah orang lain, beranilah berkata "TIDAK!" untuk kebaikan Anda sendiri. Sumber: Cahyadi Tanujaya |
Komentar